Pages

Sunday, October 22, 2017

Tiga Gelombang Perkembangan dan Perubahan Regionalisme

1.      Gelombang Pertama 1945 – 1965 (World War II)
Gelombang pertama ini dikaitkan dan didominasi oleh percobaan Eropa dengan lahirnya European Union (EU) yang merupakan suatu gambaran terbentuknya aliansi atau suatu persekutuan. Pada tahap ini juga sangat terfokus untuk tujuan perdagangan. Ini ditandai juga dengan ditanda tanganinya traktat Roma untuk dibentuknya European Economic Community (EEC) pada 1958. Traktat itu memulai proses integrasi regional yang sangat penting dalam ekonomi dunia, karena dari traktat tersebut member contoh kepada dunia dan dimulailah bermunculan kerja sama-kerja sama regional lainnya. Lalu tiga tahun kemudian ini diikuti dengan Establishment of the European Free Trade (EFTA) pada tahun 1960.
Contoh lain dari kerjasama perdagangan blok regional adalah terbentuknya perdagangan bebas antara Australia dengan New Zealand pada tahun 1965 dengan dibuatnya New Zealand and Australian Free Trade Area (NAFTA) dan New Zealand Closer Economic Relations Trade Agreement (ANZCERTA). Di Asia ada beberapa contoh kerjasama regional seperti Association of South East Asian Nations (ASEAN) yang didirikan sebagai forum regional (terdiri dari Indonesia, Brunei, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura) pada tahun 1967, tetapi forum ini tidak memiliki tujuan untuk liberalisasi perdagangan regional.
Faktor terbentuknya regionalisme pada tahap ini salah satunya adalah mencapai tujuan yang sama dalam hal perdagangan, terutama pada negara berkembang. Dalam hal ini, factor yang terbentuk tidak hanya karena masalah ekonomi. Seperti di Industri Utara, kerjasama regional terbentuk karena factor ekonomi dan politik.

2.      Gelombang Kedua (1965 – 1985)
Gelombang ini biasa disebut dengan new regionalism atau regionalism baru. Regionalisme baru terkenal dengan percepatan globalisasi dan factor sistemik lainnya. Pada gelombang ini memanfaatkan perkembangan studi baru di Eropa yang disebut dengan regionalism baru sebagai aliran pemikiran teoritis, yang lebih dikenal dengan sebutan hubungan internasional dalam bidang ekonomi dan politik internasional. Pada tahap ini regionalism telah berkembang menjadi multilateralisme. Hal ini terjadi karena terbatasnya pengaturan integrasi regional diatur dengan pembatasan blok benua atau wilayah geografis yang berdekatan. Perkembangan regionalism ke multilateralisme ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi multilateral seperti pada tahun 1985 yang pertama kali dibentuknya US-Israel Free Trade Area (FTA), dan pada 1994 Mexico dan Canada bekerja sama dengan US dalam North American Free Trade Agreement (NAFTA).  Lalu pada Argentina Brazil yang menandatangani Argentina-Brazil FTA. Pada kawasan Asia-Pasifik, enam negara ASEAN – Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, Filipina memulai program baru yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Pada tahap ini kekuatan superpower dan identitas dari regional mulai hilang, karena pada tahap ini lebih didominasi oleh kerjasama antarnegara dan bukan antar negara-negara dalam kawasan regional yang dibatasi oleh blok atau wilayah geografis.

3.      Gelomban Ketiga (1985 – Sekarang)
Pada tahap ini bisa dikatakan bahwa sudah semakin Internasionalis. Mengingat institusi pada era regionalisme baru seperti ASEAN, OIC, ECOWAS, dan Africa Union (AU) kita dapat mengidentifikasikan bahwa terjadi peningkatan atau penambahan komitmen para anggota untuk bersatu diantara para negara-negara anggota, dan memperluas tugas, pelayanan, dan reformasi perjanjian.
Pada tahap ini tingkat regionalism sudah bisa dibilang berada di kancah internasional sepanjang tahun 1990an, yaitu ditandai dengan adanya hubungan antar negara, regionalisme, dan globalisasi. Kerangka kerja sama ini semakin berkembang dan tersebar antara negara – bangsa. Seperti lembaga regional dan institusi internasional seperti International Monetary Fund (IMF) atau World Trade Organization (WTO).

Perkembangan dari regionalism ini juga didasari dari sisi politik yang membentuk regionalism dan memberikan alas an mengapa dibentuknya regionalism. Tidak hanya karena factor ekonomi dan politik, tetapi juga factor social membuat perkembangan regionalisme. Karena kebutuhan social yang semakin lama semakin meningkat, oleh karena itu dalam ranah politik dibentuk kerja sama antar regional, atau antar negara, dan bahkan antar internasional untuk saling memenuhi kebutuhan ekonomi. Pada tahap ini suatu negara mulai bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan suatu negara tersebut yang tidak dimilikinya, dan juga memberikan sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu pada tahap ketiga ini semakin banyak organisasi pada ranah internasional dan tidak dibatasi oleh kawasan regional atau wilayah geografis. 

0 comments: